VISITASI – PERJUMPAAN
Visitasi Dewan Pastoral Keuskupan Bogor untuk kemajuan reksa pastoral di Paroki Santo Matheus Depok II Tengah, dilakukan pada Sabtu 18 Februari 2023. Dimulai pada pukul 09.15, diawali dengan ibadat pagi selama 15 menit dipimpin Frater Vinsen. Acara dibuka dengan ucapan selamat datang dari Pastor Paroki RD Jimmy Rampengan dan Wakil DPP St Matheus Pak Tomi Aryanto.
Dari Keuskupan Bogor hadir di antaranya: Vikaris Jenderal RD Yohanes Suparta dan Sekretaris Keuskupan RD Marselinus Wisnu Wardhana; serta lima tim DPP Keuskupan Bogor: Ibu Yanti Christ, Ibu Yuliana Rini, Bp. Thomas Hardjono, Bp. Don Bosco, Bp. Anton Sulis. Adapun dari Paroki St Matheus hadir 25 orang perwakilan DPP, DKP, Koordinator Bidang dan Koordinator Wilayah. Di awal pertemuan, Romo Parta menyampaikan pengantar mengenai latar belakang dan tujuan Reksa Pastoral dan pembahasan berbagai program sesuai arah yang ditetapkan Bapa Uskup.
Pengantar dari RD. Yohanes Suparta Pr. – Vikaris Jendral Keuskupan Bogor
Kita disini adalah Gereja Partikelir yang merupakan bagian dari Gereja Universal yang berpusat di Vatikan/Roma. yang harus menghadirkan Yesus dan karya-Nya. Masing-masing keuskupan mempunyai cara unik yang tentu saja boleh berbeda, tapi harus tetap Yesus yang diwartakan. Untuk itu Keuskupan Bogor membuat dua buku panduan: Buku Pastoral Transformatif dan Buku Rekomendasi Pastoral. Melalui dua buku itu Bapa Uskup hendak menghadirkan karya keselamatan Yesus di keuskupan kita. Setiap paroki juga boleh mempunyai cara-cara yang khusus, tapi yang tidak boleh dilupakan adalah cara penggembalaan yang bagaimana sesuai arahan Mgr. Paskalis Bruno Syukur, Bapa Uskup Bogor. Maka, kita harus tetap berpedoman pada dua buku itu sebagai panduan. Itu pula sebabnya laporan ini dimaksudkan untuk kita sama-sama melihat apakah kita memahami dan mewartakan hal yang sama sesuai panduan itu.
Pemaparan Bp. Anton Sulis
Setiap pengurus dan pelayan paroki hendaknya memahami dua buku tersebut atau paling tidak pernah membaca, mungkin dengan serial diskusi bersama. Dengan paham buku itu, maka akan paham arah pastoral yang diharapkan. Dua buku itu melengkapi buku sebelumnya mengenai “Road Map” Prioritas Kebijakan Pastoral Keuskupan Bogor.
Secara garis besar, Buku Kebijakan pastoral transformatif: Tambahan kata transformatif ini karena Bapak Uskup menghendaki agar inisiatif reksa pastoral tidak dilakukan hanya karena umum, biasa dan rutin untuk kebutuhan kewajiban formal lembaga pastoral. Tapi harus diuji apakah karya itu telah memberikan dampak yang membaharukan kualitas iman dan persekutuan umat. Maka semua cara dan kegiatan pastoral harus dilihat apakah sudah memajukan kualitas iman dan persekutuan umat. Hendaknya koordinator atau ketua bidang/seksi harus jeli melihat itu.
Buku kedua yaitu Buku Rekomendari Pastoral menyebutkan sebagai syarat dasar berkatekese adalah sinodal. Ini uraian praktis dari pemikiran besar Paus Fransiskus bahwa hanya ada satu cara untuk menghidupkan iman di era milenial yaitu menghidupi cara berpastoral dengan semangat berjalan bersama. Vatikan memanggil kita untuk kembali atau melakukan kepulangan bersama melalui pertobatan sinodal. Ada enam butir pertobatan sinodal, pada setiap item ada langkah-langkah praktis untuk diwujudkan dalam konteks Keuskupan Bogor (Buku Rekomendari Pastoral menuju Gereja Sinodal hal. 39-57). Dua Intensi besar Uskup Paskalis dalam buku ini:
- Pembaharuan dalam gereja harus dilakukan, mengacu kepada Paus Fransiskus bahwa Allah sendiri adalah kebaruan yang abadi (Evangelii Gaudium art.11) dan (Gaudium et Spes art.40) bahwa Gereja adalah manifestasi kehadiran Allah yang harus menghadirkan kebaharuan itu, karena itulah sifat dari keterlibatan karya Roh Kudus.
- Semua inisiatif harus berujung meneguhkan konsesi jalan bersama, tidak boleh lagi saling menyalahkan pada hal yang belum sempurna. Semua dinamika pastoral adalah tanggung jawab bersama. Kalau ada yang tidak baik dan salah, dia juga saudara kita yang harus didampingi dengan kerendahan hati.
Dalam tabel kemajuan pastoran, syarat dasar reksa pastoral adalah Transformasi Individu dan Kelembagaan.
- Syarat dasar reksa pastoral adalah terjadinya umat beriman yang mengalami transformasi, pertobatan pribadi, perjumpaannya dengan Tuhan. Maka pertama-tama para pengurus seharusnya terlebih dahulu mengalami itu untuk kemudian mengupayakannya bagi umat. Rekomendasi: maka harus dibuat rekoleksi pengurus dewan dan para pelayan. Para pengurus ketika terlibat dalam pelayanan pastoral harus tumbuh dalam kedewasaan iman, baik sukacita maupun kekecewaan dalam pelayanan. Penting agar setiap luka batin disembuhkan melalui doa pada Roh Kudus dan pendampingan iman karena kemudian juga harus siap dalam mendampingi umat agar ada pembaharuan bersama.
- Selain spiritualitas, yang juga penting adalah kekudusan (Gaudate Et Exsultate Bab 1 Panggilan Kekudusan) Paus Fransiskus: “Penting mewujudkan kesadaran kekudusan dalam hidup beriman orang katolik tidak hanya rangkaian aktivitas yang devosional atau mati raga tapi bagi umat beriman ada dalam keseharian hidup. Misalnya, seperti seorang ibu yang berdoa rosario saat anaknya sakit, suami yang setia pada janji perkawinannya, pelayan umat yang menjalankan tugasnya walau hari hujan. Itu semua adalah berbagai bentuk dan cara mewujudkan kekudusan iman katolik. Rekomendasi: maka harus dicari cara untuk menjelaskan pada umat apa itu kekudusan dan cara mewujudkannya. Beberapa ciri kekudusan menurut Paus Fransiskus : menghidupi ketekunan dalam kebaikan, kesabaran dan kerendahan hati dengan keputusan yang sadar. Pelayan umat yang demikian semoga bisa menghadirkan surga bagi dirinya dan umat.
- Dalam kaitan dengan pembaharuan maka yang dilakukan adalah agar umat semakin mempunya hubungan relasi yang baik dengan roh kudus. Tanpa roh kudus, maka kita hanya entitas sosial atau ormas biasa, bukan entitas spiritualitas.Proses pastoral harus melibatkan Roh Kudus. Rekomendasi: maka harus dipikirkan bagaimana menganimasi umat untuk menghidupkan relasi dengan Roh Kudus. Paus Fransiskus: Roh Kudus itu transenden tidak terlihat maka caranya adalah dengan percaya dan beriman pada yang transenden itu. Membiasakan Doa Roh Kudus dalam setiap pertemuan umat, juga kebiasaan refleksi melihat ke dalam diri, kini dan di sini. Dalam Amoris Laetitia art.33 Paus Fransiskus menulis bahwa saat ini dunia bergerak cepat, banyak orang sibuk menumpuk untuk masa depan, padahal hari ini atau masa kini pun baik untuk menghadirkan kebahagiaan. Umat harus diingatkan juga akan hal ini, menghidupi dan mensyukuri hari ini dan menyediakan ruang refleksi dalam hening. Duduk dalam hening juga penting karena keheningan itu juga bagian dari keindahan hidup dan refleksi adalah jalan menjumpai Roh Kudus dan diskresi atau pembedaan roh.
EVALUASI PROGAM REKSA PASTORAL
(Dibahas oleh Pak Anton, Pak Don Bosco untuk OMK dan Komsos, Pak Thomas untuk HAAK dan Ibu Yuliana Rini untuk Ekologi)
Kami hanya meng-highligt beberapa hal secara khusus karena sebagian besar sudah dilakukan. Hendaknya setiap pengurus paham tugas, peran dan arahan dari Keuskupan, maka Rekomendasi : pertemuan rutin harus selalu diadakan, tidak hanya saat ada agenda khusus.
Ada format pastoral yang membuat suatu cara menjangkau umat yang diam dan jauh, itu harus menjadi prioritas pelayanan pastoral paroki. Jika cara pastoral yang sentralistik, maka yang muncul dan hadir itu-itu lagi. Kegiatan yang diwujudkan di wilayah dan di lingkungan menjadi penting. Sentuhan individu melalui wajah pelayan umat yang ramah dan memberikan pelayanan tanpa syarat, terbuka, dan rendah hati; karena wajah gereja hadir dalam wajah pelayan umat. Jika hal itu dilakukan maka dapat mengkomodir terjadinya transformasi kelembagaan dan individu.
Keluarga: Kehadiran gereja di tengah keluarga penting, justru yang sedang mengalami persoalan. Ada kepastian dan komitmen paroki untuk pendampingan dan pembinaan keluarga, ada dana dan program yang dilakukan. Ada seksi keluarga di lingkungan. Kunjungan dari Pastor ke lingkungan atau keluarga-keluarga. Kehadiran gembala di rumah umat sudah meneguhkan keluarga. Janji perkawinan penting untuk diingatkan secara berkala minimal 1 tahun sekali, atau lebih sering lagi. Kepedulian pada lansia tidak hanya melalui misa lansia tapi menyorot secara pribadi kondisi hidup para lansia, hidup sama siapa dan apakah masih bisa hadir ke gereja untuk misa.
Berkatekese juga bagi orang yang sudah lama menjadi Katolik. Latihan penggunaan gadget dan medsos, ada suatu hari sabat atau hari berhenti dari gadget. Gadget dan medsos harus menjadi sarana bermisi, mewartakan sukacita dan harapan daripada kebencian dan ketakutan. Gerakan orang tua asuh dan beasiswa bagi yang tidak mampu dan pendampingan katekese iman katolik bagi yang tidak bersekolah di sekolah Katolik. Tanggung jawab orang tua juga mengarahkan bahwa tujuan pendidikan Katolik itu pertama-tama adalah mencari keselamatan jiwa. Bukan semata-mata agar anak menjadi pintar.
Bagi OMK, tujuan utama adalah dampak iman yang meningkatkan kecintaan pada gereja, kemampuan melakukan diskresi: Yakni membedakan yang baik dan tidak dari perspektif iman Katolik dan mengambil keputusan lanjutan yang benar, meskipun kadang tidak selalu menyenangkan. Pendamping OMK yang dipercaya menjadi salah satu alasan orang tua untuk mendorong dan mengizinkan anaknya terlibat aktif di kegiatan OMK. Dibentuk seksi kepemudaan di lingkungan. Dibuat acara yang mendukung bertemunya pasangan muda seiman.
Mengenai lingkungan hidup, keluarga katolik agar menjadi aktivis nyata pelaku ramah lingkungan. Misalnya edukasi pemilahan sampah. Paroki ini sudah mempunyai program pelatihan pembuatan ecoenzim yang bisa di-share ke paroki lain.
Di bidang sosial kemayarakatan, seruan dari Bapak Uskup adalah agar setiap umat hidup menyejarah, hadir terlibat dan hidup yang bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan. Saran lain adalah dengan merayakan Hari Orang Miskin Sedunia setiap minggu ke-2 bulan November, kerjasama PSE dan HAAK serta Kerawam dengan memberi bantuan dan tanda kasih. Untuk program Gocapan yaitu Gowes Cari Sarapan & Urapan yang diadakan Matheus Cycling Community, hal tersebut sangat diapresiasi bahkan dikagumi di banyak paroki karena mendukung hidup sehat sekaligus pembinaan iman dengan cara yang santai dan unik.
Peneguhan dari RD. Marselinus Wisnu Wardhana Pr – Sekretaris Keuskupan Bogor
Dulu orang bilang ini paroki sampah… Ternyata, saya menemukan ini adalah paroki mutiara, dengan lukisan jalan salib yang indah dan 61 poin reksa pastoral strategis dan inovatif yang sudah banyak dilakukan. Kedatangan ini adalah perjumpangan sebagai saudara, rekan pastoral, rekan evangelis yang dipercayakan Tuhan kepada kita. Jadi ini bukan penghakiman tapi sebagai kehadiran yang meneguhkan. Kita sebagai orang yang dibaptis, disatukan dalam Gereja Katolik karena baptisan yang sama. Kita adalah utusan dengan identitas yang sama. Sama seperti Yesus, juga para Rasul, kita adalah utusan dengan mandat. Dalam hal ini kita sebagai umat Keuskupan Bogor hendaknya melakukan tugas dengan mengacu kepada mandat dan reksa pastoral dari Bapak Uskup Bogor. Pelayan umat yang hadir di sini menerima mandat dan surat perintah yang ditandatangani Pastor Paroki dan dilantik oleh Bapak Uskup. Maka cara dan arah kerja kita pun harus searah-sejalan dengan Reksa Pastoral Keuskupan Bogor.
Kita adalah wakil umat yang membantu kerja Bapak Uskup sekaligus pelayan umat dengan wajah Kristus. Setiap orang yang dibaptis adalah penting bagi gereja, maka mereka berhak mendapat pelayanan pastoral dan pendampingan iman. Maka setiap individu perlu diperhatikan agar program dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuannya. Pelayan umat pun perlu diberikan peneguhan melalui rekoleksi dan membereskan berbagai masalah rohani sebelum kita melayani umat atau orang lain. Kita semua adalah sakramen–sakramen yang hidup di tengah masyarakat, tanda kehadiran Allah yang mempercayakan karya-Nya kepada kita. Bapak-Ibu adalah pelayan umat sekaligus juga pelayan Tuhan, bukan karena dibayar, tapi karena kita percaya pada janji keselamatan Tuhan.
Paroki Matheus menjadi visitasi kami yang ke-26. Gerakan Visitasi ini dilakukan karena suatu kesadaran akan persekutuan yang dibentuk oleh Roh Kudus, yang perlu diteguhkan dengan perhatian dan kehadiran. Semoga dengan menjadi pengurus, Bapak-Ibu hidup dengan damai. Sebab dengan hidup damai, apa yang kita lakukan bukan menjadi perusuh, melainkan juga menjadi pembawa damai dan solusi. Paroki ini mempunyai 426 OMK, harap dilihat apakah pernah disapa dan dijangkau untuk datang dan aktif. Cara paling ampuh adalah dengan kunjungan dan mengajak orang tua untuk mendukung anak-anaknya. Kemudian ada 291 pasutri Katolik, dengan hanya kurang dari 15 pasutri beda agama. Ini sudah cukup baik untuk bisa saling meneguhkan, namun tetap dibutuhkan pendampingan pastoral keluarga. Ingat, kita hidup di lingkungan masyarakat yang mayoritas memperbolehkan perceraian. Tapi gereja Katolik tidak mengizinkan, dan itu harus terus kita tegaskan.
Gereja kita harus siap melepaskan anak-anak muda untuk berkarya di dunia, keluar dan berpindah karena karya dan pekerjaan. Tapi kita pun harus siap menerima pendatang baru untuk hadir. Jangan takut untuk melibatkan semua orang dalam lingkungan untuk menjadi pengurus lingkungan. Hal lain, Sekretaris DPP hanya internal paroki, sedangkan Sekretaris Paroki-lah yang menjadi penghubung keluar antar paroki maupun keuskupan. Lalu MSI Sistem Informasi Umat selain menjadi alat statistik, juga menjadi policy briefdalam rekomendari pelayanan pastoral maka jangan lupa harus selalu diupdate datanya.
Penutup RD. Yohanes Suparta Pr. – Vikaris Jendral Keuskupan Bogor
Karya kita bukan karya pribadi melainkan karya Tuhan dalam keuskuspan, maka harus dikerjakan bersama dalam suatu tim. Tim pastoral ini akan memudahkan kepengurusan selanjutnya untuk melanjutkan program. Ada kontinuitas pastoral. Kita semua satu, tidak ada dikotomi antara keusukupan dan paroki, maka kita harus hidup, berpikir dan berjalan bersama. Think globally secara keuskupan namun act locally secara paroki (Kan 371).
Terima kasih atas penerimaan dan semangat untuk berjalan bersama sebagai satu keuskupan. Semoga perjumpaan hari ini menjadi perjumpaan Maria dan Elisabeth, perjumpaan saudara yang saling menguatkan dan menyemangati (Luk 1:39-45). Semoga pelayanan ini menjadi berkat bagi hidup Anda.
Penutup RD Jimmy Rampengan Pr. – Pastor Paroki St.Matheus Depok
Terima kasih atas semua keterlibatan dan pelayanan umat. Kunci dari reksa pastoral dan visitasi ini adalah berjalan bersama dan pertobatan sinodal.
Sebagai tambahan, dalam kesempatan ini kami sampaikan juga mengenai isu batas wilayah antara paroki kami dan paroki sekitar, agar dapat disampaikan dan dibahas di Keuskupan. Karena hal ini terkait dengan status administrasi umat. Tambahan kedua adalah paroki kami akan melakukan pemekaran suatu lingkungan menjadi wilayah karena luas area dan jumlah umatnya yang sudah semakin besar agar semakin mempermudah dan menjangkau pelayanan. Mari kita tutup dengan Doa Berkat dan Doa Makan.
“Usaha bersama untuk menapaki pertobatan sinodal melalui berbagai langkah pastoral hanya akan terjadi jika kita melibatkan kuasa dan bimbingan Roh Kudus serta melalui doa dan pertolongan Bunda Terkasih yang selalu setia mendampingi anak-anaknya yaitu Bunda Maria”