Pemberkatan Lukisan Jalan Salib

Pemberkatan Lukisan Jalan Salib
di Gereja Santo Matheus Depok
oleh Uskup Bogor

Bertepatan dengan Minggu PraPaskah V, pada tanggal 3 April 2022 lukisan jalan salib yang terpasang di teras gereja Santo Matheus diresmikan. Pemberkatan dilakukan oleh Uskup Keuskupan Sufragan Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM, dalam Perayaan Ekaristi Konselebran bersama Pastur Paroki RD Jimmy Rampengan, Pastur Dekan RD Gregorius Agus Edi Cahyono dan asistensi dari Frater Agustinus Damas.

Dalam homilinya, Mgr Paskalis mengatakan lukisan jalan salib mengingatkan akan Yesus yang berjalan bersama kita di dunia ini. Cara memuliakan dan menghargai kebaikan Tuhan bisa dengan karya seni lagu, nyanyian maupun lukisan. Salah satu tugas pastoral adalah pewartaan melalui seni, agar umat mempunyai sarana untuk memuliakan Tuhan. Sesuai bacaan Injil minggu ini tentang perempuan berdosa yang diampuni, pesan yang disampaikan dalam jalan salib salah satunya adalah kita harus menyapa dan memperdulikan orang lain, bukan menghakimi dan memusuhi, agar mereka tetap bangkit dan tidak putus asa.  “Semoga dihadapan jalan salib ini, kami tidak hanya berdoa melainkan meniru teladan Yesus yang rela berkorban sebagai bukti kasih-Nya dan agar kebangkitan Yesus mendatangkan harapan agar kami semakin tulus beriman” demikian dimohonkan Bapa Uskup Bogor dalam doa pemberkatan jalan salib.

 

Lebih Dekat dengan Sang Pelukis

Sang Pelukis, Barnabas Seno Dwiwancoro atau lebih dikenal “Seno Watuatos”, memulai lukisan ini pada pertengahan Januari dan menyelesaikannya pada awal April sebelum dimulainya Pekan Suci Paskah 2022. Selama sekitar tiga bulan, 14 lukisan bergaya expresionis berdimensi sekitar 2,5 m x 3 m di atas kanvas dengan cat acrylic dengan pigura kayu kamper itu berhasil diselesaikan. Seno Watuatos lahir di Surakarta pada 16 Juni, mempunyai satu istri dan enam anak, saat ini berdomisili di Depok II Tengah. Panggilan sehari-harinya adalah Pakde Seno atau Mbah Gondrong.

Riwayat Pendidikan:

  • Sarjana musik – Institut Seni Indonesia Yogyakarta, lulus 1986
  • Master komposer musik – The MDW University of Music and Performing Arts Vienna Austria, lulus 2002
  • Doktor psikologi musik – Seattle Conservatory University Washington USA, lulus 2008

Mempunyai gelar formal dalam bidang musik, Pakde Seno menguasai hampir seluruh instrumen terutama piano, biola, gitar, dan drum. Ia juga mahir mengarang dan mengaransemen beragam jenis lagu, baik untuk konser maupun untuk rekaman album. Sebut saja beberapa contoh karangannya yang populer, misalnya yang dinyanyikan oleh sejumlah artis seperti Ruth Sahanaya dan band Naif. Kerap pula ia diminta untuk membuat ilustrasi musik/soundtract/jingle bagi sinetron, film, bahkan iklan produk maupun program televisi. Seniman multi-talenta ini juga mempunyai keahlian seni rupa tiga dimensi seperti engraved glass atau pahat kaca. Karyanya di bidang ini antara lain terpasang di Hotel Grand Hyatt dan Gedung Mustika Ratu, serta banyak pesanan khusus untuk properti pribadi, instansi maupun swasta.

Daftar Karya Bertema Religius:

  • Relief tembaga “Perjamuan Kudus” di Gua Maria Tritis, Wonosari, DI Yogyakarta
  • Pahatan Kaca di Gereja Keluarga Kudus Pasar Minggu, Jakarta Selatan
  • Lukisan Jalan Salib berukuran 50x70cm di Paroki Siberut, Mentawai, Sumatera Barat
  • Lukisan Santo Yosef di Paroki St. Yosef Denpasar, Bali
  • Lukisan Maria Bunda Penasihat Baik di Paroki Wates, DI Yogyakarta
  • Lukisan Santo Paulus dan Santo Petrus di Paroki St. Paulus Depok Lama
  • Lukisan Santo Matheus dan Bunda Maria di Paroki St. Matheus Depok II Tengah

Cerita di Balik Kanvas

Saat ditanya tentang apa yang menjadi sumber inspirasinya ketika berkarya, Pakde Seno menjawab tidak terlalu sulit dalam mencari inspirasi. Hal itu bisa datang dari mana saja dan kapan saja. Saat suasana santaidan rileks di bawah pohon sambil minum kopi pahit, merokok, dan mendengarkan musik, misalnya. Namun bisa juga saat bergegas dan dikejar tenggat. Ia menyebut, sebuah karya aransemen musik bisa saja selesai dalam semalam.  Tapi kadangkala beliau juga membutuhkan saat menyendiri di alam seperti di atas gunung beberapa hari untuk berdoa, berkontemplasi, atau meditasi.

Saat mengerjakan ke-14 lukisan jalan salib di gereja St.Matheus ini beliau mengakui ada sedikit beban mental dan tanggung jawab moral untuk melukiskan semua adegan dengan tepat. Ia ingin makna dan pesan jalan salib dapat ditangkap dengan baik. Walau terbiasa melukis dengan berbagai tema, namun entah mengapa kali ini ada rasa terenyuh, kasihan, dan tidak tega saat melukis sosok Yesus, khususnya saat melukis kepala Yesus yang bermahkota dan penuh darah.

“Hanya di beberapa adegan awal saya bisa membuat darah berwarna merah segar menetes dari mahkota duri-Nya. Pada adegan selanjutnya sampai akhir, saya hanya bisa membuat mahkota dengan noda luka berwarna gelap saja di kepala-Nya. Tidak sampai hati rasanya…” ujar Pakde Seno.

Mengenai adegan pemberhentian pertama Yesus dijatuhi hukuman mati, ada hal menarik karena wajah Herodes tidak tampak, melainkan hanya tangannya yang menunjuk. Pakde Seno bertukas lirih “tidak semuanya harus tampak wajah, lukisan itu menggambarkan siapa saja bisa jadi Herodes, termasuk kita”

Pada adegan–adegan awal, pengerjaan melukis lebih sulit dan lama karena masih melibatkan banyak sosok orang,  dengan warna, eksperesi, dan peran berbeda. “Rasanya saya berat dan enggan untuk mulai memegang kuas. Jadi sempat beberapa kali menunda dan lama tidak ada kemajuan. Baru setelah lebih dari 7-8 adegan, pengerjaan lebih cepat dan mudah karena setiap sosok orang sudah ajeg dan saya kenali dengan baik ekspresinya.”

Warna cat pun ia pilih dengan hati-hati untuk menciptakan kesan klasik dan menggambarkan warna pada zaman Yesus. Pakde Seno sebisa mungkin hanya bermain pada warna-warna dasar primer untuk jubah dan sosok orang.

Sempat pula ia terjatuh dari tangga yang digunakan ketika melukis (saking asiknya menggambar hingga tak sadar waktu sudah menjelang pagi dan ia terlampau lelah). Punggungnya sakit dan sulit bergerak beberapa hari. Masuk angin dan demam pun beberapa kali ia alami selama proses berkarya kali ini. Tapi Pakde Seno bersyukur dan boleh lega. Setelah beberapa kali ditengok Pastor Paroki Romo Jimmy dan Tim Dewan Paroki yang selalu bertanya “kapan lukisan selesai?”, ke-14 karya lukis fenomenal ini akhirnya kelar juga….***

Get in Touch

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Related Articles

spot_img

Latest Posts